01 Juli 2008

Setelah Revolusi Tak Ada Lagi


Judul : Setelah Revolusi Tak Ada Lagi
Penulis : Goenawan Mohamad
Cetakan : Pertama, September 2005
Penerbit : Pustaka Alvabet

Buku ini berisi himpunan tulisan-tulisan GM selama 33 tahun, ia membahas Brecht, Derrida, Adorno, Habermas, Nietcszhe, Camus, Benjamin hingga Pramoedya, Kayam, Nurcholis Madjid, Soedjatmoko, Ketib Anom, Putu Wijaya, Sini K.M., Sapardi Djoko Damono, Sutan Takdir Alisjahbana, Amir Hamzah, Sjahrir. Semuanya disorotinya dengan perangkat kritik sastra, yang digunakannya dengan mahir. Ia memanfaatkan mereka sebagai mikrofon untuk bertanya, bukan menjawab. Ia menjadikan mereka kendaraan untuk mencari, bukan untuk menemukan.
Esais terbaik Indonesia ini merasa lebih penting mencari dengan bertanya daripada menemukan dengan menjawab.
Bingung dengan kata-kata yang ada di cover belakang buku ini? Aku juga. Tapi buka dan bacalah isinya. Aku akhirnya bisa tahu siapa bapak yang hanya disebut inisialnya aja udah banyak yang tahu.
Well, beliau orang yang tahu banyak, bukan hanya nama-nama yang beliau tahu, tapi juga tindakan yang mereka lakukan, yang belum tentu benar, dan berani mengkritisinya dan mengungkapkan keberbedaannya.
Ditambah lagi, aku percaya sama Pustaka Alvabet, yang pertama kali menerbitkan buku sehebat The Alchemist.

Tidak ada komentar: